PART 2
“Kini aku
tahu apa maksud arti nyaman dan akan kusimpan dalam-dalam”
“Ah telat!” Dengan buru-buru perempuan itu bergegas ke
luar dari rumahnya tanpa berpamit terlebih dahulu kepada orang-orang di
rumahnya. Mungkin memang sengaja tidak berpamitan karena dia malas berhubungan
dengan keluarganya. Perempuan itu berasal dari keluarga yang cukup mapan namun
keharmonisan rumah tangga selalu membuatnya tidak nyaman berada di rumah. Tanpa
ia sadaripun, keluar malam pulang pagi bahkan meninggalkan kelas di kampusnya
sudah menjadi hal yang biasa baginya. Dari seorang anak yang baik dan patuh
berubah menjadi anak nakal dan tidak kenal aturan.
Hari ini sebenarnya dia malas untuk memasuki kelas
karena dia baru saja sampai rumah subuh tadi. Tapi dia sudah janji kepada
temannya untuk membantu suatu proyek yang sedang dikerjakan oleh temannya itu.
Membelah kemacetan lalu lintas dengan angkutan umum sudah hal biasa yang
dilakukannya, tidak pernah membawa mobil pribadi yang diberikan ayahnya. Udah telat, yaudah sekalian aja telatnya pikirnya.
Perempuan itu pun dengan santai menuruni Bus Kota dan mulai menyalakan lagu
dengan earphone yang sudah menempel
di telinganya.
Waktu ke
waktu
Perlahan ku
rakit egoku
Merangkul
orang-orang
Yang mulai
sejiwa denganku
Ke BM-an
Membuka
jalan
Mencari
teman
Bergeraklah
dari zona nyaman
(Zona
Nyaman – Fourtwinty)
Halah zona
nyaman, gimana mau gerak kalo ngerasa nyaman aja susahnya minta ampun ucapnya dalam hati. Sambil terus berjalan sampai
akhirnya ia tiba di Stasiun Sudirman. Menunggu kereta, melihat orang-orang
sekitar di stasiun sudah menjadi hal favorit yang dia lakukan selama
perjalanan. Menimbang-nimbang apa yang ada di pikiran setiap orang, menebak
asal hanya dengan melihat tingkah laku dan pakaiannya. Tapi tetap, kegiatan itu
hanya sementara sampai kereta pun sampai dan orang-orang yang bergerak memasuki
kereta memecahkan lamunan perempuan itu.
Di dalam kereta, dia punya hal kesukaan lainnya. Yaitu
mengobrol dengan orang asing di sebelahnya karena mengobrol dengan orang asing
mengurangi kemungkinan akan di-judge
yang tidak-tidak oleh lawan bicaranya. Orang asing yang tidak tahu harus
merespon apa, mendengar omongan perempuan itu atau hanya pura-pura
mendengarkan, dia tidak peduli, yang terpenting dia tidak bosan dalam diam. Yap, kereta pun berhenti seperti baisanya,
itu tandanya aku sampai kampus semakin lama dan orang di sebelahku ini harus
tetap mendengarkan cerita asalku ini. Lumayan daripada tidur. Itulah yang
selalu dipikirkannya.
“…. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, kereta Anda
tertahan karena pergantian masuk kereta di Stasiun Manggarai.” Suara yang
keluar dari intercom membuat
perempuan itu menghela napas pelan dan berhenti bicara sebentar dan melihat
keluar jendela. Mata itu, pikirnya.
Rasa aneh yang mulai dirasakannya dan tidak dipahami olehnya membuat dia
mengajak orang di sebelahnya mengobrol lagi, tapi dia tahu mata itu dari
laki-laki di seberang tetap menatap lurus ke arahnya. Seketika kereta pun jalan
kembali, perempuan itu mulai melihat kembali ke arah laki-laki itu. Penasaran,
itu yang dirasakan olehnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar