Sabtu, 29 Juli 2017

Tulisan Asal di Malam Hari

Share it Please
PART 2
“Kini aku tahu apa maksud arti nyaman dan akan kusimpan dalam-dalam”

“Ah telat!” Dengan buru-buru perempuan itu bergegas ke luar dari rumahnya tanpa berpamit terlebih dahulu kepada orang-orang di rumahnya. Mungkin memang sengaja tidak berpamitan karena dia malas berhubungan dengan keluarganya. Perempuan itu berasal dari keluarga yang cukup mapan namun keharmonisan rumah tangga selalu membuatnya tidak nyaman berada di rumah. Tanpa ia sadaripun, keluar malam pulang pagi bahkan meninggalkan kelas di kampusnya sudah menjadi hal yang biasa baginya. Dari seorang anak yang baik dan patuh berubah menjadi anak nakal dan tidak kenal aturan.

Hari ini sebenarnya dia malas untuk memasuki kelas karena dia baru saja sampai rumah subuh tadi. Tapi dia sudah janji kepada temannya untuk membantu suatu proyek yang sedang dikerjakan oleh temannya itu. Membelah kemacetan lalu lintas dengan angkutan umum sudah hal biasa yang dilakukannya, tidak pernah membawa mobil pribadi yang diberikan ayahnya. Udah telat, yaudah sekalian aja telatnya pikirnya. Perempuan itu pun dengan santai menuruni Bus Kota dan mulai menyalakan lagu dengan earphone yang sudah menempel di telinganya.

Waktu ke waktu
Perlahan ku rakit egoku
Merangkul orang-orang
Yang mulai sejiwa denganku
Ke BM-an
Membuka jalan
Mencari teman
Bergeraklah dari zona nyaman
(Zona Nyaman – Fourtwinty)

Halah zona nyaman, gimana mau gerak kalo ngerasa nyaman aja susahnya minta ampun ucapnya dalam hati. Sambil terus berjalan sampai akhirnya ia tiba di Stasiun Sudirman. Menunggu kereta, melihat orang-orang sekitar di stasiun sudah menjadi hal favorit yang dia lakukan selama perjalanan. Menimbang-nimbang apa yang ada di pikiran setiap orang, menebak asal hanya dengan melihat tingkah laku dan pakaiannya. Tapi tetap, kegiatan itu hanya sementara sampai kereta pun sampai dan orang-orang yang bergerak memasuki kereta memecahkan lamunan perempuan itu.

Di dalam kereta, dia punya hal kesukaan lainnya. Yaitu mengobrol dengan orang asing di sebelahnya karena mengobrol dengan orang asing mengurangi kemungkinan akan di-judge yang tidak-tidak oleh lawan bicaranya. Orang asing yang tidak tahu harus merespon apa, mendengar omongan perempuan itu atau hanya pura-pura mendengarkan, dia tidak peduli, yang terpenting dia tidak bosan dalam diam. Yap, kereta pun berhenti seperti baisanya, itu tandanya aku sampai kampus semakin lama dan orang di sebelahku ini harus tetap mendengarkan cerita asalku ini. Lumayan daripada tidur. Itulah yang selalu dipikirkannya.

“…. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, kereta Anda tertahan karena pergantian masuk kereta di Stasiun Manggarai.” Suara yang keluar dari intercom membuat perempuan itu menghela napas pelan dan berhenti bicara sebentar dan melihat keluar jendela. Mata itu, pikirnya. Rasa aneh yang mulai dirasakannya dan tidak dipahami olehnya membuat dia mengajak orang di sebelahnya mengobrol lagi, tapi dia tahu mata itu dari laki-laki di seberang tetap menatap lurus ke arahnya. Seketika kereta pun jalan kembali, perempuan itu mulai melihat kembali ke arah laki-laki itu. Penasaran, itu yang dirasakan olehnya.

Sepanjang sisa perjalanannya dari pemberhentian tadi sampai stasiun tujuannya dia tetap diam dan pikiran kosong pun merayapinya. Siapa dia? Pikirnya. “Ah, aku tahu. Aku telah menemukan zona nyamanku sendiri.” Gumamnya sambil berjalan menuju ojek pangkalan sambil tersenyum-senyum sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Search

Follow The Author