Rabu, 27 April 2011

christine (4)

Share it Please

Setelah sampai di rumah, Nenek langsung menuju ke kamar Christine. Nenek sengaja tidak mengetuk pintu terlebih dulu, karna dia ingim tahu Christine sedang menangis atau tidak. Tapi, saat Nenek masuk ke kamar Christine, dia merasa lega karna Christine ternyata tidak menangis, dia sedang membaca novel yang dia bawa dari rumahnya.
“Chris. Boleh nenek menanyakan sesuatu? Tapi kamu janji jangan marah ya sama Nenek.” Kata Nenek dengan memulai pembicaraan.
Chris yang tidak tahu Nenek sudah memasuki kamarnya, merasa kaget juga karna Neneknya tiba-tiba ada di belakangnya. Dan dia pun langsung duduk menghadap Nenek.
“Iya Nek. Boleh kok. Nenek mau nanya apa?” Tanya Chris.
“Heem sebenernya kamu itu ada rasa ga sama Adam? Nenek cuman ingin tahu saja kok.”
“Sama Adam? Hem. Kenapa nenek bertanya seperti itu? Apakah harus dijawab?”
“Iya harus dijawab Chris.”
“Maaf Nek. Untuk yang satu ini, aku gabisa cerita ke Nenek. Lain kali aja ya. Aku ngantuk. Boleh aku tidur?”
“Eh…………….. yasudah kalau begitu. Good night my dear”
“Yeah…. Night nek”

dan akhirnya rencana Nenek untuk bertanya kepada Christine pun GAGAL TOTAL! Nenek sekarang bingung harus bagaimana lagi. Mungkin memang harus menunggu pikir Nenek.

Keesokan harinya, Christine sudah kembali seperti semula. Wajahnya yang penuh dengan keceriaan kini kembali lagi. Sebenerya Christine itu gadis yang sangat cantik. Apalagi sifatnya itu sangat bagus untuk gadis seumurannya. Wajah Christine itu berbentuk oval, dia mempunyai mata berwarna coklat, hidung yang mancung, ada bintik-bintik hitam di mukanya. Bintik-bintik hitam itulah yang membuat mukanya sangat cantik. Di sekolahnya, dia termasuk gadis paling cantik. Banyak yang menyukainya, menyukai sifat dan wajahnya.
Sudah lama, wajah ceria Christine seperti ini tidak terlihat, sekarang terlihat lagi. Orang-orang di rumah itu bingung sekali dengan perubahan Chris yang mendadak. Menurut mereka sekarang Chris adalah orang yang moodnya gampang sekali berubah. Kemarin mukanya lesuh, sekarang ceria. Mungkin besok lesuh lagi. Hahahaha.

“Mum. Hari ini aku mau mengunjungi teman-teman lamaku. Boleh kan Mum? I really miss them very much. I want to meet them. Are they still remember me? Aku harap masih hihi.”
“Ya Christine. Boleh kok, apa kau perginya dengan Adam? Karna sedaritadi dia sudah menunggumu di luar.”
Christine yang mendengar ucapan Mumnya kaget. Hah? Apa yang dilakukan Adam di sini? Tidak. Aku tidak boleh sedih lagi hari ini, da hari-hari esok lainnya. Aku harus kuat. Aku harus menunjukkan kepada orang-orang di sekitar kalau aku tidak suka dengan Adam. Kenapa sih Nenek bisa tahu?
“Ohya Mum? Hem oke aku akan menemuinya sekarang.” Jawab Chris dan langsung lari ke luar rumah.

“Adam? Apa yang kamu lakukan di sini? Oiya sekarang aku mau mengunjungi teman-temanku nih. Ini hari ke-4 aku di sini, dan aku belum mengunjungi mereka. Apa kau mau ikut?”
“Hah? Apa benar tidak apa-apa kalau aku ikut? Kau sudah tidak marah denganku?”
“Itu masalah kemarin, udahlah gausah diinget-inget lagi. Anggap saja masalah itu tidak ada. Kamu mau ikut atau tidak?”
belum sempat Adam menjawab pertanyaan Chris, Rose datang mendekati mereka berdua. “Adam, jadi tidak kita perginya?”
“Eh…….. Chris, aku mau pergi dengan Rose. Apa kau mau ikut?” Tanya Adam dengan takut. Kalau tahu dia akan mengajakku ke rumah teman-temannya, aku tidak akan merencanakan ini. Aah tidak!
“Oh. Kamu mau pergi dengan Rose ya? Yasudah. Aku pergi saja sendiri. Maaf ya aku gabisa, aku kan udah bilang hari ini mau mengunjungi teman-temanku. Kenapa kau masih mengajakku? Have fun ya both of you! Bye.” Jawab Chris dan langsung meninggalkan mereka berdua.

Aku kira Adam datang untukku. Tapi dia malah mengajakku pergi bersama mereka berdua? Apa Adam memang sudah gila? Eh….. dia ngga salah deng. Dia kan gatau kalau aku suka dengannya. Yasudahlah, toh aku akan mengunjungi teman-temanku sekarang.

Christine lupa kalau teman-temannya ini masih berada di sekolah. ini bukan liburan musim panas, jadi tidak semuanya libur. Hanya Christine saja yang libur sebulan ini. Ini juga karna sekolahnya sedang direnovasi.
Dan hasilnya, teman-temannya sedang di sekolah semua. Akhirnya Christine pun balik lagi ke rumahnya.
Pasti Adam sama Rose sedang bersenang-senang di luar sana. Sepertinya mereka berdua memang pasangan yang serasi. Aku memang harus melupakannya.
Tapi, melupakan seseorang yang sudah aku sukai selama 2 tahun ini pasti susah sekali. Apalagi sampai saat ini, Adam masih baik kepadaku. Kenapa? Kenapa Adam hanya membuatku sedih? Kenapa sekarang keadaan jadi seperti ini? Aku ingin kembali seperti dulu lagi.
Seperti pertama kali aku bertemu dengannya, pertama kali aku mengenalkan dia kepada teman-temanku. Pertama kali aku dekat dengannya. Pertama kali aku pergi ke taman desa saat malam hari. Pertama kali pergi ke gunung berdua dengannya. Kenapa? Kenapa sekarang menjadi seperti ini?
I don’t like this. It is so hurt. Aku ga kuat lagi.

Christine pun mulai menangis.


Malam harinya, Adam datang ke rumah Nenek. Untung saja yang membukakan pintu Mum bukan Chris, kalau Chris pasti sudah ditutup kembali pintunya. Mum menyuruh Adam untuk masuk ke kamar Christine, karna tadi waktu makan malam Chris tidak keluar dari kamarnya. Dan orang-orang rumah tentu saja khawatir dengan Christine. Mum juga menyuruh Adam untuk membuat Chris makan, Mum tidak mau anak satu-satunya itu kenapa-napa. Dia ingin anaknya selalu sehat. Dan Adam mengerti kenapa Mum sangat mengkhawatirkan Christine. Setelah dari dapur untuk mengambil makanan untuk Chris, Adam langsung menuju ke kamar Chris.

TOK TOK TOK

“Masuk. Tidak dikunci.” Seru Chris dari dalam kamar
Adam pun langsung masuk begitu diperbolehkan dengan yang punya kamar.
“Hai Chris. Bagaimana harimu? Hem… teman-temanmu tadi sedang sekolah, bukan? Karna itu tadi aku mengajakmu pergi bersama Rose. Kenapa kau menolaknya? Bukannya kau suka jalan-jalan? Oiya, aku dengar kau belum makan malam kan? Aku ke sini untuk mengobrol denganmu dan untuk menyuruhmu makan. Karna itu, jangan kau buat alasan bahwa kau akan membaca novel, mengantuk, dan alasan lainnya. Aku hanya ingin mengobrol denganmu. That’s it.” Sapa dan cerocos Adam saat melihat Chris sedang duduk di meja belajarnya dulu.

“Hai Adam. Hariku? Kau sudah tahu bahwa teman-temanku libur? Oh. Harusnya aku tahu itu. Jadi tadi kau mengajakku karna kau tahu bahwa aku pasti tidak ke rumah teman-temanku? Aku memang suka jalan-jalan tapi untuk yang tadi mungkin memang tidak bisa. Aku tidak ingin mengganggu harimu dengan Rose-“

“Hariku dengan Rose? Kenapa kau berpikir kau akan mengganggu? Aku lebih senang kalau kau ikut. Kenapa kau berpikir seperti itu?” potong Adam

“Kenapa aku berpikir seperti itu? Perempuan yang sering kau ceritakan kepadaku di surat itu Rose kan? Kau menyukai Rose kan? Maka dari itu aku tidak mau mengganggumu. Karna mungkin nanti di sana aku juga akan diam seribu bahasa. Dia teman seumuran denganmu. Bahkan aku lebih muda 2 tahun darimu. Kau senang jika aku seprti penonton yang sedang melihat pertunjukan?”

“Bukan itu maksudku, Chris. Aku sama sekali tidak menyukai Rose. Yang di surat itu memang Rose, tapi aku tidak menyukainya. Aku memang sedang menyukai seseorang, tapi bukan Rose. Sungguh.”

“Ohya? Kalau kau tidak suka dengan Rose kenapa kau selalu meneritakannya padaku? Kau ingin membuatku cemburu? Oh tidak mungkin aku cemburu dengan Rose. Karna aku tidak menyukaimu. Aku hanya menganggapmu sebagai kaka ku. Tidak lebih. Sudah mengobrolnya? Aku pikir kita akan mengobrol baik-baik tapi malah begini jadinya.”

“Aku capek ngomong sama kamu. Kamu selalu membuatku emosi. Kau yang memulai, Chris. Kau yang membuatku kesal. Dan kau yang marah-marah duluan, bukan aku. Kenapa sekarang kau berubah? Mana Christine yang dulu? Christine yang aku kenal tidak pernah marah-marah begini, dia selalu ceria. Bukan seperti sekarang ini. Kau bukan Christine!” bentak Adam.

“Ohya? Kalau begitu kuharap kau keluar dari kamarku sekarang juga. Dan bawa makanan itu keluar. Aku tidak butuh makanan.”

Adam yang mendengar Christine marah-marah seperti itu sebenarnya kaget juga. Tapi diantara kemarahannya itu ada air mata yang jatuh dari matanya. Adam pun mendekati Christine. Dia tidak ingin perempuan kesayangannya ini menangis karnanya. Oh apa yang kulakukan? Kenapa aku membuat Christine menangis?

“Christine? Apa kau menangis?”
“Siapa yang menangis sih? Sudahlah. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Akhir-akhir ini aku memang agak berubah. Aku juga gatau kenapa. Bisakah kau keluar dari kamarku? Mungkin mengobrolnya lebih baik besok saja.”

“Benarkah begitu? Yasudah. Tapi tolong makanannya dimakan ya? Itu aku yang bikin loh. Bye Christine. Good night.”

Saat melihat Adam keluar dari kamarnya, dia langsung menuju makannya. Sejujurnya dia sangat lapar sekali. Tapi dia malas sekali untuk makan. Dan saat mendengar itu makanan yang buat Adam dia jadi penasaran apa yang dibuatnya. Saat melihat makanannya, Chris hanya tertawa. Kau memang tidak berubah ya, Dam? Kau selalu bilang makanan ini yang membuat itu kamu supaya aku makan. Dan kenapa aku selalu kemakan dengan omonganmu itu? Dan kenapa tadi kau bilang kau tidak suka dengan Rose? Apa maksudnya ini?

Christine pun mulai makan.

Setelah selesai makan, dia mengeluarkan diarynya. Sudah lama juga ya dia tidak menulis diarynya.
Dia pun menulis…………..

Dear Diary,
Akhir-akhir ini aku bingung sekali. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak bisa melupakannya. Ini terlalu pahit untuk dilupakan. Dan terlalu pahit juga untuk diteruskan.
Apa tidak ada cara lain selain melupakannya.
Siapa yang dia suka? Dia bilang dia tidak suka dengan Rose. Terus Rose itu siapa? Kenapa dulu dia selalu bercerita tentangnya?
Oh aku tidak mengerti. Aku bingung sekali.
Malam ini, dia mengulang kebiasaannya saat aku tidak mau makan. Yaa……. Dulu setiap aku tidak mau makan, pasti dia bilang kepadaku kalau dia membuatkan makanan untuku agar aku mau memakannya. Padahal saat aku lihat makanan itu, itu hanya makanan rumah. Dan biasanya setelah aku melihat makanan itu, kita tertawa bersama. Lalu dia mulai menyuapiku.
Tapi ada yang beda dengan malam ini. Kita tidak tertawa bersama dan dia tidak menyuapiku.
Sebenarnya saat dia keluar aku sedih sekali. dia tahu kalau aku nangis, dan dia sadar kalu akhir-akhir ini aku berubah. Berarti dia masih mengawasiku seperti dulu.
Oh Diary, aku bingung sekali. apa yang harus kulakukan?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Search

Follow The Author