Adam merasa perjalanan dia dari taman untuk ke rumah Neneknya Christine sangat jauh. Belum sampai di tujuan pun dia sudah merasa letih sekali. tidak biasanya dia merasakan keletihan yang luar biasa dan sedahsyat itu. Dan akhirnya dia pun sampai di halaman depan rumah Nenek Chris. Tapi, ada suatu keganjalan yang dirasakan Adam. Dia sama sekali tidak bisa melangkahkan kakinya ke pintu rumah. Seakan-akan ada orang yang memegang kakinya dan menahannya sekuat tenaga. Adam tidak tahu lagi harus bagaimana. Dia benar-benar bingung untuk saat ini. Dan akhirnya dia memutuskan untuk duduk di teras depan. Kenapa aku merasa lemah seperti ini? Ngga biasanya aku kayak gini. Aku ingin memberitahu Chris saat ini juga tentang rahasia yang disembunyikan orang tuanya dan tentang perasaanku. Tapi kenapa daritadi begitu susah aku mengatakannya? Apa ini bukan saat yang tepat? Belum lama dia merenung, tiba-tiba terdengar suara gelas pecah dari dalam rumah. PRANG!!
Adam yang mendengar pecahan itu langsung lari ke dalam rumah. Di dalam dia melihat Christine tergeletak di lantai dan pecahan gelas itu ada di sampingnya. Adam yang melihat itu langsung menghampiri Christine.
“Chris? Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?” tanya Adam dengan khawatir.
Chris yang melihat Adam ada di sampingnya, ingin sekali dia menjawab pertanyaan Adam, tapi begitu susah untuk membuka mulutnya itu.
“Chris? Kamu ga apa-apa kan?”
“A…….Adam? Kaukah itu?”
“Iya Chris, ini aku. Adam. Kamu kenapa?”
“A…….. Aku……. Tidak tahu. Ta… Tadi waktu aku mau mengambil air putih tiba-tiba saja aku tidak bisa memegang gelas itu dengan erat. Mungkin karna akhir-akhir ini kondisiku kurang baik. Aduh…… sakit” jawab Chris dengan rintihannya yang tiba-tiba.
Adam yang mendengar rintihan Chris itu, baru sadar kalau tangan Christin berdarah karna terkena pecahan gelas tersebut. “Chris…… tanganmu berdarah. Kita ke rumah sakit ya.”
“Apa harus aku ke rumah sakit? ini hanya berdarah saja kan? Bisa kita perban saja di rumah.”
“Ngga. Ini pasti ada hubungannya dengan kondisimu akhir-akhir ini. Pokoknya kita harus ke rumah sakit sekarang juga.”
“Yasudah…… aku ikuti saja perkataan kamu. Aku ga kuat…… ini sakit sekali….”
oh
Adam yang mendengar rintihan Chris untuk kedua kalinya, langsung mencari kunci mobil yang ada di rumah Christine, dan secepat mungkin dia menggendong Chris untuk masuk ke dalam mobil. Dia pun langsung membawa mobil itu ke arah rumah sakit. oh Chris, kamu kenapa? Apa ini karna penyakitmu itu? Harusnya orang tua kamu itu langsung memberitahu saja kalau kau mengidap penyakit leukemia. Kenapa harus menunggu sampai kau separah ini? Chris….. bertahanlah. Keluh Adam di dalam hati.
“Adam…… apa kamu tahu sesuatu tentang kesehatanku? Apakah kamu tahu tentang rahasia yang orang tua ku sembunyikan? Apakah ada hubungannya dengan ini, Dam?” tanya Christine sambil menahan kesakitannya itu.
“Chris…….. maaf aku tidak bisa memberitahumu sekarang. Tunggulah sampai orang tuamu memberitahumu. Maafkan aku…”
“Begitu ya? Yasudah aku mengerti….” Dan mata Chrsitine pun terpejam.
“Chris…… aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku. Tapi…. Aku suka kamu Chris, bukan, bukan suka, tapi sayang Chris. Apa kamu mempunyai perasaan yang sama?” tanya Adam sambil melihat ke jok belakang. Dan….. saat dia melihat mata Christine terpejam. Dia merasakan 2 hal. Yang pertama, lagi-lagi saat dia mengutarakan perasaannya kepada Chris, dia pasti tidak mendengarnya. Dan yang kedua, Christine yang ada di hadapannya begitu lemah. Bahkan dia pingsan. Adam tidak pernah melihat Chris selemah ini. Saat melihatnya, Adam langsung menancapkan gas dan langsung mengarahkan mobil itu ke rumah sakit dengan secepat mungkin.
Sesampainya di rumah sakit, Chris langsung dibawa ke ruang UGD. Adam pun langsung menghubungi kedua orang tuanya. Sambil menunggu pemeriksaan dokter, dia keluar dari rumah sakit untuk menunggu orang tua Chris dan Neneknya. Saat mereka sampai di rumah sakit, Adam langsung menceritakan semuanya. Pak Joe yang mendengar cerita Adam itu langsung masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Ibu Joe hanya menangis di bahu Nenek. Adam yang melihat kejadian itu hanya bisa diam. Dia tidak bisa melakukan apapun di saat seperti ini. Akhirnya, Adam, Ibu Joe, dan Nenek masuk ke dalam rumah sakit, dan langsung menuju ke ruang UGD.
Setelah menunggu cukup lama, dokter pun akhirnya keluar dari ruang UGD tersebut. “Hem.. apa orang tua dari Ananda Chris ada di sini?” tanya dokter tersebut.
“Iya, kami orang tuanya.” Pak Joe dan Ibu Joe saat mendengar pertanyaan dokter itu langsung mendekati sang dokter.
“Jadi kalian orang tuanya? Hem.. ada yang ingin aku katakana kepada kalian.”
“Iya, Dok…”
“Kalian sudah tau kan kalau anak kalian itu sebenarnya mengidap penyakit leukemia? Kenapa kalian masih membiarkan dia kecapean di luar sana? Aku dengar tadi suster bilang dia habis membawa sepedanya dengan kecepatan penuh. Penyakit dia sudah parah, tapi kenapa kalian masih membiarkannya?”
“Begini, Dok. Sebenarnya kami belum memberitahu anak kami bahwa dia mengidap penyakit leukemia. Kami berencana untuk memberitahunya sehabis pulang dari liburan ini. Kami ingin dia menghabiskan waktu liburan ini dengan sehat dan tidak apa pikiran apapun.”
“Jadi begitu….. kalau boleh tahu sejak kapan anak kalian mengidap penyakit leukemia?”
“Hem……. Sejak 2 tahun yang lalu, Dok.”
“Sejak 2 tahun yang lalu dan kalian belum memberitahunya sama sekali?”
“Waktu itu penyakit anak kami belum separah ini, Dok. Kami kira penyakitnya tidak akan parah dalam waktu sesingkat ini.”
“Hem… mungkin anak kalian juga tidak memberitahu kalian bahwa dia sering mengalami kesakitan. Apa dia bilang kepada kalian?”
“Tidak, Dok.”
“Yasudah. Sekarang dua-duanya sama saja. Kalau begitu, anak kalian harus dirawat di sini selama 2 minggu paling lama. Bagaimana?”
“Iya, Dok. Tidak apa-apa.”
Lalu dokter itu pun meninggalkan mereka semua.
Pak Joe dan Ibu Joe sangat sedih saat tahu tentang keadaan Christine saat ini. Mereka menyesal karna tidak memberitahu Christine bahwa dia mengidap penyakit. Sekarang sudah terlambat. Penyakit itu sudah menjalar kemana-mana. Pak Joe dan Ibu Joe tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Adam yang melihat kesedihan di wajah mereka berdua, langsung mendekati mereka.
“Om, bagaimana dengan keadaan Christine? Apakah penyakitnya itu makin parah?”
“Iya, Dam. Sekarang Om gatau lagi harus bagaimana. Om tidak memberitahu Chris kalau dia punya penyakit, dan dia juga tidka pernah memberitahu Om dan Tante saat dia kesakitan. Sepertinya Om dan Tante kurang peduli sama Chris.”
“Jangan berfikir seperti itu, Om. Sekarang kita semua berdoa saja mudah-mudahan Chris diberi kesembuhan dan kita semua bisa kembali sperti dulu lagi.”
“Iya, Adam. Makasih ya. Apa Om boleh minta sesuatu sama kamu?”
“Boleh kok, Om. Om mau minta apa sama Adam?”
“Kamu mau ngga jagain Chris buat Om sama Tante? Akhir-akhir ini, sebelum kami pergi ke sini, dia sering sekali melihat fotomu. Om fikir dia ada perasaan sama kamu. Dan sesampainya di sini, kalian sepertinya dekat sekali. kamu mau ngga?”
“Iya, Om. aku pasti ngejagain Chris semampu aku.”
“Makasih ya nak Adam.” Ucap Pak Joe sambil tersenyum tulus kepada Adam.
“Sama-sama ya Om.” jawab Adam, dan membalas senyuman itu dengan lebih tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar