PART 1
“Biar rasa
penasaran ini tetap ada agar rasa berdesir itu tumbuh selalu”
Sinar matahari sudah mulai menyayat di atas langit
yang artinya kegiatan para manusia sudah dimulai. Jalan raya semakin ramai
karena waktu yang bertengger di jam tangan manusia-manusia itu sudah semakin
mendekati pukul 7 pagi. Sebagian ada yang berangkat kerja, ke sekolah, bahkan baru mulai mencari
pekerjaan. Kendaraan-kendaraan yang memadati Ibu Kota mengeluarkan suara
klakson yang membuat orang di jalanan menjadi lebih emosi lagi tiap detiknya. Namun
ada juga yang baru keluar rumah sambil berjalan kaki dengan santai karena
tempat tujuan yang tidak jauh.
Di sisi lain dari kehiruk-pikukan pagi hari, ada
lelaki sekitar umur 20-an baru saja keluar rumah karena terjaga semalaman.
Rumah yang tidak bisa dibilang bagus untuk ukuran manusia pekerja, tapi lelaki
itu cukup nyaman tinggal di tempatnya. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, dia
membuat kopi hitam sambil duduk di depan rumahnya dan mengobrol dengan teman-teman
yang tinggal tidak jauh dari situ .
Sama juga setiap hari, setiap waktu ‘benda panjang’ yang berjalan di jalanan
besi itu kembali melintasi melewati rumahnya. Karena waktu yang sudah cukup
siang, benda itu berhenti cukup lama di depan rumahnya.
Dia sedang asyik mengobrol sambil bernyanyi dan
memainkan gitar saat tidak sengaja matanya menangkap sosok perempuan yang
sedang berdiri di seberangnya sambil tertawa bersama satu temannya. Seakan
waktu berhenti, dia terus melihat sosok itu. Siapa pikirnya. Ingin memanggil dan mengajak berkenalan tapi tidak
mungkin karena perempuan tersebut sedang di dalam benda itu. Sekitar 10 menit
kemudian, benda itu jalan kembali dengan perempuan itu dibawanya meninggalkan
sang lelaki tetap duduk terdiam tanpa bisa bicara apapun.
Satu hari, dua hari, tiga hari sampai tujuh hari
setelahnya, lelaki itu tidak pernah melihat perempuan itu kembali di jam yang
sama. “Apa dia telat kemarin? Jam berapa dia biasanya berangkat?”hanya itu yang
bisa diucapkan diam-diam olehnya. Namun dia tahu, perasaan itu hanya bisa
disimpannya sendirian karena tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang lelaki
tanpa kaki. Untuk berjalan pun sulit, apalagi untuk mencari perempuan itu
pikirnya. Tapi tidak masalah, asal
mengenangnya saja membuat hari-hariku bahagia, menurutku itu sudah cukup
ucapnya dalam hati.
Dalam bayangan imajinasi, rumah pria itu berada di pinngir jalan raya yg cukup padat sedangkan saat wanita itu lewat, dia berada dalam bis umum bersama sang kerabat. Lalu lintas cukup tersendat, sehingga si pria dapat melihat sang wanita itu dgn tatapan mata yg tajam nan bulat. Perlahan, bis umum itu berjalan merayap, membawa sang wanita yg menjadi harapan si pria sebagai teman hidup hingga akhir hayat.
BalasHapusterimakasih atas penggambarannya, saya merasa senang karena ada pembaca yang dapat berimajinasi di dalam cerita saya
Hapus