Sabtu, 29 Juli 2017

Tulisan Asal di Malam Hari

Share it Please
PART 1
“Biar rasa penasaran ini tetap ada agar rasa berdesir itu tumbuh selalu”

Sinar matahari sudah mulai menyayat di atas langit yang artinya kegiatan para manusia sudah dimulai. Jalan raya semakin ramai karena waktu yang bertengger di jam tangan manusia-manusia itu sudah semakin mendekati pukul 7 pagi. Sebagian ada yang berangkat kerja,  ke sekolah, bahkan baru mulai mencari pekerjaan. Kendaraan-kendaraan yang memadati Ibu Kota mengeluarkan suara klakson yang membuat orang di jalanan menjadi lebih emosi lagi tiap detiknya. Namun ada juga yang baru keluar rumah sambil berjalan kaki dengan santai karena tempat tujuan yang tidak jauh.

Di sisi lain dari kehiruk-pikukan pagi hari, ada lelaki sekitar umur 20-an baru saja keluar rumah karena terjaga semalaman. Rumah yang tidak bisa dibilang bagus untuk ukuran manusia pekerja, tapi lelaki itu cukup nyaman tinggal di tempatnya. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, dia membuat kopi hitam sambil duduk di depan rumahnya dan mengobrol dengan teman-teman yang tinggal tidak jauh dari situ          . Sama juga setiap hari, setiap waktu ‘benda panjang’ yang berjalan di jalanan besi itu kembali melintasi melewati rumahnya. Karena waktu yang sudah cukup siang, benda itu berhenti cukup lama di depan rumahnya.

Dia sedang asyik mengobrol sambil bernyanyi dan memainkan gitar saat tidak sengaja matanya menangkap sosok perempuan yang sedang berdiri di seberangnya sambil tertawa bersama satu temannya. Seakan waktu berhenti, dia terus melihat sosok itu. Siapa pikirnya. Ingin memanggil dan mengajak berkenalan tapi tidak mungkin karena perempuan tersebut sedang di dalam benda itu. Sekitar 10 menit kemudian, benda itu jalan kembali dengan perempuan itu dibawanya meninggalkan sang lelaki tetap duduk terdiam tanpa bisa bicara apapun.


Satu hari, dua hari, tiga hari sampai tujuh hari setelahnya, lelaki itu tidak pernah melihat perempuan itu kembali di jam yang sama. “Apa dia telat kemarin? Jam berapa dia biasanya berangkat?”hanya itu yang bisa diucapkan diam-diam olehnya. Namun dia tahu, perasaan itu hanya bisa disimpannya sendirian karena tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang lelaki tanpa kaki. Untuk berjalan pun sulit, apalagi untuk mencari perempuan itu pikirnya. Tapi tidak masalah, asal mengenangnya saja membuat hari-hariku bahagia, menurutku itu sudah cukup ucapnya dalam hati.

2 komentar:

  1. Dalam bayangan imajinasi, rumah pria itu berada di pinngir jalan raya yg cukup padat sedangkan saat wanita itu lewat, dia berada dalam bis umum bersama sang kerabat. Lalu lintas cukup tersendat, sehingga si pria dapat melihat sang wanita itu dgn tatapan mata yg tajam nan bulat. Perlahan, bis umum itu berjalan merayap, membawa sang wanita yg menjadi harapan si pria sebagai teman hidup hingga akhir hayat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas penggambarannya, saya merasa senang karena ada pembaca yang dapat berimajinasi di dalam cerita saya

      Hapus

Followers

Search

Follow The Author